Halaman

Rabu, 30 Desember 2009

GUSDUR DIMATA DICK DOANK

Melihat wawancara meninggalnya Gusdur di Metro TV tadi pagi saya tertegun mendengarkan komentar bung Dick tentang Kyai Nyentrik ini, begitu arifnya Bung Dick menuturkan pandangannya tentang sosok Presiden kita yang keempat ini. Memang Gusdur telah banyak mengajarkan kearifan baru yang memiliki nilai sangat tinggi bagi bangsa ini. Tapi bagi masyarakat kebanyakan mungkin kearifan itu tak bisa dipahami, jangankan masyarakat biasa, para kyai dilngkungannya sendiri banyak yang tak paham dengan kearifannya itu. Maklum kita sudah terlalu lama sengaja membutakan mata hati kita terhadap kearifan tersebut karena keseharian kita larut dan tenggelam dalam gemerlapnya kehidupan yang mapan, termasuk barangkali jabatan ke-kyai-an yang memang secara sosiologis memberi cukup banyak kenikmatan dan kehormatan.
Gusdur mengajarkan kepada kita kesederhanaan dan kebersahajaan, jabatan itu kalau perlu digadaikan saja dengan kebenaran, tak perlu dipertahankan kalau hanya menyebabkan terjadinya kemadharatan yang lebih besar pada masyarakat.
Pendapat Dick menyentakkan saya ketika beliau menyatakan seni lebih tua dari agama dan gusdur tahu itu, seni mampu melenturkan pandangan agama yang kaku dan keras menjadi lembut dan indah. Gusdur juga telah memberikan ruang kebebasan yang luas untuk dapat digunakan sebagai tempat berekspresi tanpa rasa takut dan khawatir salah. Diruang kebebasan itulah sebenarnya kita dapat berlomba-lomba berbuat kebajikan dalam rangka mengabdi kepada sang Khalik melalui metode yang santun meski terpaksa harus menempuh jalan dan dimensi yang berbeda-beda. Kata kunci beragama itu "laa ikraaha fiddiini" yaitu kebebasan mengekspresikan keberagamaan asal dibarengi dengan niat dan ketulusan dalam meraih ridha Tuhan.
Selamat jalan Gus semoga lahir gus-gus yang bersedia meneruskan perjuanganmu, I love you full.

1 komentar:

Faradila Puspita Ramadhani mengatakan...

kita telah kehilangan org2 "baik", berharap ada org2 yang "lebih baik", tapi yg ditemui malah "orang2 yg mengaku baik".

Nje npo mboten pak??"


(Faradila, PMI/1C)